Pukul 12.30 WITA, aku sudah duduk manis di meja makan dengan 4 kursi, tak jauh dari pohon besar yang rindang sehingga kami tetap merasa sejuk di siang yang terik. Lantai kayu dan beberapa sofa ada di sisi luar restoran ini. Bukit campuhan menjadi lukisan nyata yang menemani kami makan siang. Itulah suasana siang hari di
Rondji Restaurant.
Rondji restaurant terletak di jalan raya Campuhan, Ubud. Tepat di area Museum Antonio Blanco. Pemilik restoran ini adalah Mario Blanco, putra dari Antonio Blanco, pelukis kaliber dunia yang menetap di Bali dan menikah dengan penari tradisional Bali bernama Ni Ronji.
Pramusaji memberikan menu sembari meletakkan welcome drink, snacks dan beberapa potong roti. Walah, belum pesan saja sudah sebanyak ini yang diberikan. Tapi dasarnya memang perut sudah keroncongan, sajian pembuka pun kami lahap habis! (padahal kami disini hanya 2 orang. Hehe..)
Menu makan siang yang kami pilih adalah nasi goreng, bebek rondji, juice mangga dan es lemon tea. Untuk makanan penutup, aku memilih Balinese Sweet Temptations. Jangan tanya ya, perut kami sebesar apa.
Makanan datang, aku sudah siap dengan sendok dan garpu di tangan kanan dan tangan kiri. Alamak, lezat betul masakan ini. Aku dibuai oleh citarasa nasi goreng sejak suapan pertama. Berhasil menyendok hingga butir nasi goreng terakhir, namun aku menyerah untuk melahap habis lauk pauk yang disajikan bersama nasi goreng ini. 2 potong ayam, 1 telur mata sapi, 1 sate udang, 1 sate daging sapi dan kerupuk udang.
Bebek rondji pun tak kalah enak, rasanya gurih. Pas dengan 3 macam sambal yang disajikan untuk menemani. Pedas sedap! Makan pun sambil huh hah huh hah, tapi tak berniat menghentikan jari untuk menjumput sambal-sambal itu. Wow, luar biasa. Makan enak, pemandangan cantik. Dua kombinasi yang aduhai di Rondji Restaurant ini.
Beberapa menit berselang, pramusaji membawa makanan penutup yang aku pesan tadi. 4 jenis jajanan tradisinonal ditata rapi di piring panjang berwarna putih. Nogo sari isi nangka (jaja sumping), pisang goreng, dadar gulung isi kelapa, dan bubur ketan hitam (bubuh injin). Bubur ketan hitamnya enak, meskipun santan yang dituang di atasnya terlalu banyak menurutku, pisangnya sedikit kurang matang untuk pisang gorengnya. Jadi terasa sedikit sepet di lidah.
Ahh, tapi tetap saja aku puas makan di Rondji Restaurant ini. Harga yang kubayar juga setimpal dengan enaknya makanan serta pemandangan. Selain itu, jalan-jalan ke Museum Antonio Blanco bisa jadi pilihan setelah atau sebelum makan di Rondji Restaurant. Selamat mencoba :)
|
Rondji Restaurant |
|
welcome drink and snack |
|
Welcome bread |
|
Nasi Goreng |
|
Bebek Rondji |
|
Sambal dan sayuran teman Bebek Rondji |
|
Makanan Penutup |
Komentar
Posting Komentar